Saya mencintai
ungu. Saya sendiri tidak begitu ingat kenapa saya sangat mencintai warna ini. Yang
saya ingat, saya langsung jatuh hati begitu melihat warna ini seperti remaja
gadis yang baru beranjak dewasa dan terinfeksi virus merah jambu. Banyak orang
bilang ungu adalah warna janda, tapi menurut saya dia elegan. Saya tetap
mencintainya meskipun dia sering nampak mengecewakan. Dia menghilang dan sulit
ditemukan ketika saya membutuhkannya. “Ungu
itu warnanya jelek” kata ibuku ketika kami memutuskan warna cat rumah kami
yang baru. Saya ngeyel waktu itu. Tapi
sepertinya hanya ibu yang memiliki hak prerogatif untuk masalah tata ruang
rumah. Saya mengalah. Hal yang mengejutkan setelah saya pulang ketika liburan
kuliah tiba, rumah kami bercat ungu muda. Rupanya ibu sudah mulai menyukai
ungu. Atau hanya menyukai warna kesukaan anaknya? Atau hanya untuk menyenangkan
hati anaknya? Ah! Saya rasa, saya bukan anak kecil yang harus selalu dituruti
keinginannya. Saya tersenyum di dalam hati. Pun ketika hari dimana saya
melakukan prosesi wisuda gelar sarjana, dress
code kami ungu!
Saya merasakan
cinta. Memang kami tidak terbiasa mengucapkan Ibu sayang kamu Nak atau Bapak
kangen sama kamu, kamu kapan pulang? - tetapi ada yang lebih penting dari sekedar
ucapan.
Saya pernah ke
toko buku dan tidak sengaja melihat buku dari pasangan teromantis di Indonesia,
Habibie-Ainun. Di belakang cover buku yang memiliki tiga ratusan halaman itu,
ibu Ainun menulis, kurang lebih seperti ini: Kami menghayati pikiran kami masing-masing.... Dia sibuk dengan kertas-kertasnya,
saya menjahit. Tapi mereka tau bahwa mereka saling mencintai. Mungkin itu
yang terjadi pada saya dengan warna ungu ini. Dalam diam. Atau mungkin ungu sendiri
tidak mengerti bahwa saya sangat mencintainya. Saya mencari dia tapi terkadang dia
sulit ditemukan. Sama seperti potongan puisi Pak Habibie kepada Ibu Ainun (Ah!
Saya memang mengagumi sepasang manusia ini):
Mana
mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau
ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga
aku mampu mencintaimu seperti ini.
Ya. Mungkin itulah
bagaimana saya mencintai ungu. Ungu yang mengajarkan saya mencintai dia, bahkan
meskipun terlalu banyak warna yang menarik atau beberapa kotoran yang menempel
pada ungu muda saya.
24
September 2013
*beberapa jam sebelum tidur sambil melihat
barang-barang
berwarna ungu disekitar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar