Selasa, 24 September 2013

Kenapa saya mencintai ungu?

Saya mencintai ungu. Saya sendiri tidak begitu ingat kenapa saya sangat mencintai warna ini. Yang saya ingat, saya langsung jatuh hati begitu melihat warna ini seperti remaja gadis yang baru beranjak dewasa dan terinfeksi virus merah jambu. Banyak orang bilang ungu adalah warna janda, tapi menurut saya dia elegan. Saya tetap mencintainya meskipun dia sering nampak mengecewakan. Dia menghilang dan sulit ditemukan ketika saya membutuhkannya. “Ungu itu warnanya jelek” kata ibuku ketika kami memutuskan warna cat rumah kami yang baru. Saya ngeyel waktu itu. Tapi sepertinya hanya ibu yang memiliki hak prerogatif untuk masalah tata ruang rumah. Saya mengalah. Hal yang mengejutkan setelah saya pulang ketika liburan kuliah tiba, rumah kami bercat ungu muda. Rupanya ibu sudah mulai menyukai ungu. Atau hanya menyukai warna kesukaan anaknya? Atau hanya untuk menyenangkan hati anaknya? Ah! Saya rasa, saya bukan anak kecil yang harus selalu dituruti keinginannya. Saya tersenyum di dalam hati. Pun ketika hari dimana saya melakukan prosesi wisuda gelar sarjana, dress code kami ungu!

Saya merasakan cinta. Memang kami tidak terbiasa mengucapkan Ibu sayang kamu Nak atau Bapak kangen sama kamu, kamu kapan pulang?  ­- tetapi ada yang lebih penting dari sekedar ucapan.  

Saya pernah ke toko buku dan tidak sengaja melihat buku dari pasangan teromantis di Indonesia, Habibie-Ainun. Di belakang cover buku yang memiliki tiga ratusan halaman itu, ibu Ainun menulis, kurang lebih seperti ini: Kami menghayati pikiran kami masing-masing.... Dia sibuk dengan kertas-kertasnya, saya menjahit. Tapi mereka tau bahwa mereka saling mencintai. Mungkin itu yang terjadi pada saya dengan warna ungu ini. Dalam diam. Atau mungkin ungu sendiri tidak mengerti bahwa saya sangat mencintainya. Saya mencari dia tapi terkadang dia sulit ditemukan. Sama seperti potongan puisi Pak Habibie kepada Ibu Ainun (Ah! Saya memang mengagumi sepasang manusia ini):

Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Ya. Mungkin itulah bagaimana saya mencintai ungu. Ungu yang mengajarkan saya mencintai dia, bahkan meskipun terlalu banyak warna yang menarik atau beberapa kotoran yang menempel pada ungu muda saya.



24 September 2013
*beberapa jam sebelum tidur sambil melihat

barang-barang berwarna ungu disekitar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar